PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA
PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA
A.
Defenisi
E-Learning
Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning
sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian
elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran,
interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk
pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong
(dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar
asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan
belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-learning didefinisikan sebagai
berikut : e-Learning is a genericterm for
all technologically supported learningusing an array of teaching and learning
tools as 5 phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite
transmissions, and the more recognized web-based training or computeraided
instruction also commonly referred to as online courses . (Soekartawi,
Haryono dan Librero, 2003).
E-learning pada umumnya terfokus
pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut
Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi
pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet,
intranet/ekstranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif,
CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga
diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik
(LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama
proses pembelajaran. Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai
suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet,
intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan
CD-ROM (Anderson, 2005).
E-learning pada pembelajaran di
sekolah-sekolah khususnya pembelajaran sains telah diterapkan sejak beberapa
tahun yang lalu. Selain untuk tujuan pembelajaran, penerapan e-learning juga
sebagai sarana untuk mengenalkan teknologi informasi kepada peserta didik.
Namun sampai sekarang pemanfaatannya masih kurang optimal. Bahkan sebagian
orang beranggapan bahwa penerapan e-learning hanya sekedar
mengikuti trend saja tanpa menghiraukan apakah tujuan
pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Oleh karena itu, penelitian atau kajian
pustaka tentang implementasi e-learning khususnya pada
pembelajaran sains perlu terus dilakukan.
Pembelajaran
berbasis web adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan
jaringan internet, sehingga sering disebut juga dengan e-learning. Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan
bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan
melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh
dunia. Internet memiliki banyak fasilitas yang dapat digunakan dalam berbagai
bidang, termasuk dalam kegiatan pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat,
Newsgroup, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW).
Khan
dalam Herman Dwi Surjono (1999) mendefinisikan pengajaran berbasis web (WBI) sebagai program pengajaran berbasis hypermedia yang memanfaatkan atribut dan sumber daya World Wide Web (Web) untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Sedangkan menurut Clark WBI adalah pengajaran individual yang
dikirim melalui jaringan komputer umum atau pribadi dan ditampilkan oleh web browser. Oleh karena itu kemajuan
WBI akan terkait dengan
kemajuan teknologi web (perangkat
keras dan perangkat lunak) maupun pertumbuhan jumlah situs-situs web di dunia yang sangat cepat.
B. Jenis
E-learning
Berdasarkan
teknologi informatika yang digunakan, e-learning kemudian dikelompokkan
berdasarkan basis teknologi, yaitu sebagai berikut:
1. Computer Based Training (CBT) Sistem
CBT ini mulai berkembang di tahun 80-an dan masih berkembang terus sampai
sekarang. Hal ini ditunjang antara lain oleh perkembangan sistem animasi yang
kian menarik dan realistis (misalnya aiatem animasi 3 Dimension).
2. Web Based Training (WBT) Sistem ini
merupakan perkembangan lanjutan dari CBT dan berbasis teknologi internet.
Sehingga dengan menggunakan konsep ini, dapat terjadi komunikasi dua arah antar
pengguna. Namun lancarnya proses belajar dengan menggunakan sistem ini
bergantung kepada infrastruktur jaringan kecepatan tinggi. Kendala penerapan
konsep ini terletak pada kenyataan bahwa jaringan internet di negara kita masih
belum merata. Pada dasarnya,terdapat 3 alternatif model kegiatan pembelajaran
yang dapat dipilih, yakni: a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional) b.
Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet c. Sepenuhnya
melalui internet. Salah satu komponen WBT yang sangat digemari adalah
video-conferencing, yaitu dimana siswa dan guru dapat langsung mendiskusikan
semua hal tanpa harus bertemu muka secara langsung. Sistem ini berkembang pesat
di negara-negara maju dan dapat dimanfaatkan sebagai alat belajar mengajar di
virtual classes ataupun virtual universities.
C. Proses
Pengembangan E-learning
Untuk
mengembangkan program e-learning ada beberapa tahapan, dimulai dengan:
1. Analisis Kebutuhan Tujuan yang
diharapkan dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi. Contoh: Dosen menerapkan
teknologi e-learning. Pada akhir semester prestasi mahasiswa kurang
menggembirakan sehingga pimpinan mengambil keputusan bahwa e-learning diganti
dengan tatap muka karena e-learning tidak cocok dengan gaya belajar mahasiswa
yang bersangkutan. Padahal apabila dianalisis, mahasiswa sangat antusias. Pada
kasus ini problem bukan terletak dari pada motivasi menurun atau e-learning
kurang tepat, tetapi karena program e-learning tidak terakses disebabkan
padatnya jaringan.
2. Mendeskripsikan tingkat
kinerja/kompetensi yang ingin dicapai Deskripsi ini diperlukan untuk menetapkan
materi pembelajaran, yang harus dipelajari sehingga dipersiapkan dengan baik.
Langkah ini berarti memilih materi serta pengalaman belajar yang sesuai untuk
mendukung pencapaian kompetensi.
3. Menetapkan metode dan media pembelajaran
Berbagai metode serta media yang biasa digunakan dikelas tatap muka kemungkinan
dapat diterapkan juga pada kelas online.
4. Menentukan jenis evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan pembelajaran Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran,
evaluasi berupa balikan atau revisi tugas-tugas. Oleh karena itu pendekatan
e-learning berupa pembelajaran mandiri, maka pembelajar harus mengevaluasi diri
sendiri sehingga mengetahui tingkat keberhasilannya.
D. Model Pengembangan Pembelajaran
Berbasis Web
Multimedia
pembelajaran berbasis web merupakan perangkat lunak yang digunakan dalam
aktivitas pembelajaran. Salah satu referensi pengembangan perangkat lunak
adalah pendapat pakar Software Enginering yaitu Roger S. Pressman.
Menurut Pressman (2002: 38), rekayasa perangkat lunak mencakup tahap-tahap:
analisis kebutuhan, desain, pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan.
Salah satu
model pembelajaran berbasis web dikembangkan oleh Davidson dan Karel L. Rasmussen
(2006). Model yang dikembangkan oleh Davidson dan Rasmussen tersebut meliputi
tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Tahap analisis
meliputi analisis masalah dan analisis komponen pembelajaran. Tahap desain
meliputi desain pembelajaran dan desain software. Tahap pengembangan adalah
merakit berbagai komponen desain pembelajaran dan software menjadi sebuah
program pembelajaran berbasis web. Tahap implementasi terdiri dari implementasi
sementara dan implementasi penuh. Sedangkan tahap evaluasi dibedakan menajdi
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Pengembangan
desain pembelajaran untuk web based learning dirancang sedemikian
rupa agar proses pembelajaran online tersebut dapat berjalan dengan efektif.
Ada tiga elemen pokok yang harus ada dalam desain model pembelajaran berbasis
web, yaitu learning tasks, learning resources, dan learning supports.
Learning tasks mencakup aktivitas, masalah, dan interaksi untuk
melibatkan peserta didik. Learning resources memuat konten, informasi
dan sumber-sumber yang dapat diakses oleh peserta didik. Learning supports
terkait dengan petunjuk belajar, motivasi, umpan balik, dan kemudahan akses
bagi peserta didik.
Soekartawi (2003) menyarankan
beberapa tahap yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan model pembelajaran
berbasis web. Tahap-tahap tersebut meliputi: analisis kebutuhan, rancangan
instruksional, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap awal yang perlu
dipertimbangkan adalah apakah pembelajaran berbasis web memang dperlukan. Hal
tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi lembaga pendidikan.
Rancangan instruksional meliputi aspek analisis konten, analisis peserta didik,
dan analisis komponen pembelajaran lainnya. Pengembangan e-learning merupakan
proses produksi program dengan mengintegrasikan berbagai software dan hardware
yang diperlukan. Pelaksanaan merupakan realisasi penggunaan program yang telah
dihasilkan dan menganalisis kelemahan-kelemahan yang terjadi. Evaluasi
diperlukan dalam bentuk beta test ataupun alfa test untuk menguji usabilitas
dan efektivitas program sebelum diimplementasikan secara formal.
Pengembangan
model pembelajaran berbasis web perlu memperhatikan komponen strategi
pembelajaran. Komponen-komponen utama dari strategi pembelajaran yang harus
dirancang adalah: aktivitas awal pembelajaran, penyajian materi, partisipasi
peserta didik, penilaian, dan aktivitas tindak lanjut.Aktivitas awal
pembelajaran berupa pemberian motivasi, menumbuhkan perhatian, menjelaskan
tujuan pembelajaran, dan menjelaskan kemampuan awal yang diperlukan. Penyajian
materi meliputi sajian bahan ajar dan contoh-contoh yang relevan. Partisipasi
peserta didik dibangun dengan adanya praktik atau latihan dan umpan balik.
Penilaian dapat berupa tes kemampuan awal, pretest, dan posttest.
Aktivitas tindak lanjut dilakukan untuk membantu mempertahankan daya ingat
terhadap materi pembelajaran.
E. Penerapan
E-learning dalam pembelajaran kimia
Penelitian pengembangan tentang
pembelajaran Sistem Periodik Unsur yang menggunakan media Edmodo berbasis Social
Network dengan metode Borg and Gall dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
menentukan potensi dan masalah, mengumpulkan data, dan mendesain web pembelajaran.
Dilanjutkan dengan validasi desain dari aspek TIK dan aspek substansi materi
yang hasilnya adalah produk dengan kategori baik yaitu 60. Penelitian ini
menghasilkan sebuah produk berupa web pembelajaran dengan alamat web adalah www.edmodo.com/belajarkimia.
Web pembelajaran inilah yang diujikan kepada siswa.
Pembelajaran Sistem Periodik Unsur
menggunakan media Edmodo berbasis Social Network dapat dikatakan layak
dan efektif sebagai media pendukung dalam pembelajaran kimia, hal ini dapat
dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada siswa yang menghasilkan
tanggapan setuju untuk menggunakan media edmodo sebagai media pendukung dalam
pembelajaran kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
B. 2005. “Strategic e-learning implementation.” Educational Technology & Society, 8 (4), 1-8. 1.
ISSN 1436-4522
Alberts, P. P., Murray, L. A.,
Griffin, D. K., & Stephenseon, J. E. 2007. Blended Learning: Beyond Web Page Design for the Delivery of
Content. Dalam Joseph Fong & Fu Lee Wang (Eds.), Prosiding Workshop on
Blended Learning (hlm. 53-65), Edinburgh, 15-17 Agustus 2007.
Koran, Jaya Kumar C. (2002). Aplikasi E-Learning dalam Pengajaran dan
pembelajaran di Sekolah Malaysia. (8 November 2002).
Soekartawi,
2003 . Meningkatkan Efektivitas Mengajar.
Jakarta : Pustaka Jaya
Soekartawi,
(2003) Prinsip Dasar E-Learning: Teori Dan Aplikasinya DiIndonesia, Jurnal
Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003.